Megatruh Kemerdekaan

dok. Prijanto Rabbani

Oleh: Gus Nas

Agustusku kali ini hanya ada jalan sunyi
Saat pandemi telah mengunci geliat jasmani
Memaparkan kelu dan candu hingga di jantung nurani

Kesepian terus merayap hingga ke puncak ubun-ubunku
Tikungan tajam berliku-liku menyergap langkahku
Kemerdekaan menjelma titian rambut dibelah tujuh

Kucari wajah teduh pada cermin bening di telaga cinta dan zamrud negeriku
Kuucap doa dalam kibaran sangsaka yang kian sekarat di cakrawala
Kepada siapa merah-putih ini melambaikan rindunya?

Kemerdekaanku seakan telah tiba di senjakala
Menyaksikan anak-anak terpaksa menyerahkan masa depannya pada kuota
Menatap pendidikan di dunia maya tak menyentuh ranah etika

Ataukah ada yang picik dan licik pada cara pandangku?
Manusia yang gagal paham mengunyah luas cakrawala?

Bukankah pendidikan sejati untuk memerdekakan jiwa manusia?
Bukankah kodrat alam telah mengajarkan kepekaan dan penghayatan dalam ruh dan sukma kita semua?

Dimanakah kesalehan sosial itu kini berada?
Ketika manusia mencipta teknologi lalu menggantungkan kecerdasan dan kemerdekaannya kepadanya?
Ironi dan tragedi menjadi pandemi dalam buku putih negeriku

Akan sampai kemana rekayasa kecerdasan virtual itu memberhalakan dirinya?
Bukankah akal budi adalah harga mati bagi kesempurnaan karakter dan daulat manusia?
Bukankah Tuhan sudah menuliskan cetak biru peradaban
Dan para nabi diutus untuk menjadi mahaguru dalam kehidupan?

Bukankah alam semesta adalah perpustakaan
Bukankah bumi dan langit adalah kitab tua yang mengajarkan ilmu dan kerendahan hati?

Apa artinya filsafat jika akal pikiran dijajah oleh pulsa?
Ketika nalar dihajar oleh sinyal yang tak merata
Manakala inisiatif dan prakarsa harus menunggu ketersediaan kuota?

Esok atau lusa kita akan kembali ke zaman purba
Ketika badai matahari melanda
Dan perang nuklir membunuh segalanya
Kecanggihan cybernetik dan program antariksa tinggal mimpi belaka

Hari ini aku merindukan keseimbangan segalanya
Kesekaligusan trimatra iman ilmu dan amal pada wujud yang nyata

Iman yang tebal dan acapkali tak masuk akal itu sudah waktunya menjadi panglima
Iman yang imun akan menjadi vaksin dan panacea dari berbagai penyakit dan godaan aneka berhala

Ilmu yang tak cuma mampet dan ngumpet dalam tempurung filsafat
Ilmu yang terbuka dan merdeka dalam menggali harta karun martabat dan daulat sang manusia

Sudah saatnya pengetahuan dibebaskan dari penjara silat lidah dan retorikaenjadi ilmu pengetahuan yang siap siaga merawat kejujuran
Dan pantang menyerah mengabdikan dirinya pada kearifan dan sikap bijaksana

Marilah kita wujudkan amal nyata yang membangun tamansari Nusantara
Bekerja tanpa pamrih untuk menciptakan harmoni dan keindahan alam semesta
Menanam kebahagiaan di taman hati agar berbuah kesejahteraan bagi sesama

Itulah gelora kemerdekaan yang kutitipkan pada bait-bait puisiku
Ziarah sejarah bertabur marwah di sepanjang detak jantungku

Kujahit doa ini pada merah putih jiwa-ragaku
Menjadi merahnya merah pada bunga mawar dan didih darahku
Menjadi putihnya putih melati pada detak detik proklamasiku

Bagimu negeriku
Bagimu Indonesiaku

Gus Nas

Kyai dan Budayawan

BAGIKAN SEKARANG :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
!