Oleh: Gus Nas
Telah kuhafal sejarah ini hingga di luar kepala
Saat mesin ketik tua
Tulisan steno dan mikrofon segilima
Mengibarkan kabar dimana-mana
Sekali di udara, tetap di udara!
Ketika Indonesia begitu mudah dipecah-pecah oleh penjajah
Maka radio menyatukan kembali
Dan RRI menjadi Panglima
Kabar buruk dari tentara NICA
Propaganda dari Heiho
Dijernihkan kembali oleh RRI
Manifesto Kedaulatan Bangsa
Masih segar dalam ingatan kalbu
Ketika Dwi-Tunggal Sukarno-Hatta
Memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia
RRI memekikkan ke seluruh penjuru dunia
Kepada seluruh putra-putri bangsa dimanapun berada
Hingga jauh di pelosok desa
Manakala Surabaya hendak direbut Inggris
Takbir Bung Tomo meledak di cakrawala
Dan RRI membakar dan menyalakannya
Di udara
Di seantero Indonesia
Begitu pun saat Bandung menjadi lautan api
RRI tak henti-henti menyalakan nurani
Sesudah reformasi menaburkan badai kebebasan
Ketika semua orang berhak bicara
Limbah dan lucah digoreng satu belanga
Manakala dunia maya diperkumuh oleh hoax dan dusta
RRI hadir dengan kejujurannya
Jernih seperti telaga
Di era milenial ini
Ketika inovasi disrupsi berpacu di segala lini
Lalu engkau bertanya
Apa arti dan makna RRI bagi Ibu Pertiwi?
Sembari menyeruput kopi pahit aku bicara padamu:
RRI adalah Lentera Literasi
RRI adalah Jembatan Budaya
RRI adalah Mimbar Demokrasi
RRI merayakan kebhinekaan
Menanam dan menumbuhkan semua itu
Dalam akar persatuan dan kebersamaan
Hari ini, tanggal 11 September 2022
Sesudah rasa syukur dan doa menyatu-rasa
Kupekikkan kembali Salam Merah-Putih ini
Sembari melangitkan cinta
“Sekali di udara, tetap di udara!”
“Sekali Merdeka, tetap Merdeka!”
Merdekaaa!!!
Gus Nas
Jogja, 11 September 2022