Oleh : Gus Nas
Jalan lempang menuju Lampung ternyata berliku-liku
Menepuk comberan di jalan-jalan berlumpur
Mukaku kaku menahan malu
Tak tahu lagi aku harus bicara apa
Bahkan puisi kehabisan diksi
Lampung melambung dalam linglung bangsaku
Jalan sunyi menuju Way Kambas
Aku tersesat di sepanjang Rumbia
Lumpur telah menjadi bubur
Menjadi bedak pada muka badakku
Kuseruput pahit kopi dengan beku lidahku
Terlalu manis Gulaku menaburkan bujuk-rayu pada hitam bibirmu
Lampung di ujung senjakala
Gajah-gajah disekolahkan
Manusia selingkuh dengan harta dan tahta
Kutepuk jidatku hingga lebam membiru
Kutengok segala tengik di kota ini
Anak-anak stunting berserakan di desa-desa
Sementara di kantor-kantor negara
Para pejabatnya buang muka lalu flexing dan hura-hura di atas nestapa
Surga di Tanah Lampung
Hanyalah Abracadabra
Gus Nas
Jogja, 5 Mei 2023