EMANSIPASI, APA KABARMU KARTINI?

Oleh : Gus Nas

Ini bukan soal sanggul, Ibu
Tapi tentang nalar yang tumpul

Ini bukan tentang emansipasi
Tapi soal nurani yang mati

Jejak Jepara tak cuma debur ombak dan nyiur di pantai
Tapi ada hati yang terbengkalai

Prasasti demi prasasti kugali dari tulang-belulang leluhurku
Dari masa lalu bertabur debu
Kutemukan jejak Kalingga
Dan Ratu Shima di sini

Emansipasi apalagi yang engkau cari
Perempuan digdaya dengan tahta tertinggi
Terlahir dan lantang di sini
Abad ke-6 sudah bersaksi

Perempuan Hebat yang dari darahnya mengucur para Wangsa dan para Rakai
Tak butuh narasi untuk emansipasi

Di haribaan hati rakyat
Telah terukir nama Ratu Kalinyamat
Perempuan terhormat
Perempuan yang tak lekang oleh waktu
Tak tercecer di kolong sejarah

Emansipasi yang bukan cuma narsis disamping jabatan suami
Tapi emansipasi yang melahirkan kehormatan
Emansipasi yang memperjuangkan marwah harga diri

Namamu, Ibu
Tak cuma kutulis di angin sakal
Tak hanya kulukis di langit biru
Tapi mengucap di darah
Dalam daging puisiku

Engkaulah emansipasi tiada henti
Tak cuma melahirkan sejarah
Tapi merawat luka di pelosok semesta

Bacalah jejak darah Malahayati
Ibu segala pejuang dari Serambi Makkah
Ia tegak melawan penjajah
Sembari merawat inong-inong balee yang dirajah luka oleh penjajah

Belajarlah pada Siti Manggopoh dan Rohana Kudus
Perempuan Minangkabau yang tahan banting
Bundo Kanduang yang tetap tegar dalam tempaan

Bukankah emansipasi itu menginspirasi?
Melek literasi dan menggalang aksi
Adalah mandat utama mengharumkan Ibu Pertiwi

Betapa malunya para Ibu
Yang hanya bisa berlenggang-lenggok di ketiak lelaki
Flexing di medsos tiada henti

Apa kabarmu, Kartini?
Jahiliyyah literasi
Sudah kau singkirkan dengan surat-suratmu
Mendung hitam di kelopak mata kaum wanita
Sudah kau tebas dengan kata-kata

Sesudah itu, dimanakah engkau kini Ibu Kartini?

Emansipasi adalah narasi purba yang terpahat dalam prasasti dan tertulis pada manuskrip tua
Ia lahir dari rahim Ibu Hawa

Pada abjad-abjad purbakala
Emansipasi telah mewakafkan rindunya

Jadilah perempuan pemimpin dalam ilmu dan laku
Perempuan petarung yang setara di medan laga
Perempuan lembut yang memanah rembulan dengan tatapan matanya
Perempuan penggembala yang menggerakkan domba-domba kotor lalu menjadikannya putih dan harum namanya
Seharum Kartini menerima pahit takdirnya

Jadilah perempuan cerdas berkalung marwah
Berdiri setara sebagai nakhoda
Membelah ombak dan menjinakkan samudera
Berjalan setara dalam tegak-lurus pembebasan bangsa
Menjadi Ibu Bangsa

Betapa malunya Ibu Pertiwi
Jika dari rahim Ibu-ibu Bangsa ini
Lahir para koruptor
Lahir kaum diktator
Yang merampok dan menghinakan bangsa sendiri
Menjadikan martabat manusia sebagai alas kaki di bawah megah karpet merahnya

Gus Nas

Jogja, 21 April 2023

BAGIKAN SEKARANG :

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!
!