Oleh: Gus Nas
Mendung di bulan Juli selalu membagi legam di ceruk hati
Senyum dan tawa seakan sirna entah kemana
Musim apakah ini?
Secangkir kopi bertanya pada pagi
Sejilat pahit melekat di bibir nyeri
Bulan Juli hanya menyisakan siksa pada bait puisi
Ketika penyair sepuh itu berbaring sendiri berbantal mimpi
Menahan sakit dan seonggok sunyi
Hanya doa yang lamat-lamat melumat pekat kalimatku
Saat kata indah dan tabah menafsirkan dirinya sendiri
Gus Nas
Kyai dan Budayawan